Di sebuah kota, ada sekolah yang mengadakan rekreasi ke pantai. Pesertanya adalah murid kelas enam yang sudah lulus dan beberapa guru. Sekolah mengadakan rekreasi untuk memanfaatkan waktu di antara ujian dengan masuk SMP. Karena jarak yang cukup jauh, mereka berangkat pagi-pagi sekali dengan naik bus.
Dalam perjalanan, semua anak gembira. Tapi, Sang sopir merasa sangat tidak enak badan saat perjalanan karena anak yang duduk di dekatnya berbau tak lazim yang luar biasa. Sang sopir sungkan jika mengatakan ini pada anak bau itu. Sang sopir pun tabah menahannya.
Sampai di pantai, anak-anak sangat gembira. Tapi, bus tidak berhenti-berhenti. Pak guru menegur Sang sopir yang sangat teler akibat bau yang tak lazim itu. Sang sopir sadar lalu segera mengerem. Tapi, rem itu blong akibat radiasi bau tak lazim dari seorang anak. Semua peserta panik. Sang sopir bersiap menekan sebuah tombol berwarna merah. Di saat bus mulai menyentuh air laut, Sang sopir menekan tombol itu sambil berkata,“Emergency!” Di luar bus langsung keluar ban besar. Seketika bus terapung di atas laut.
Bus pun selamat. Tapi, akibat dari ombak dan angin yang luar biasa kencang, bus itu terbawa ke tengah Samudra Pasifik. Guru-guru meminta bantuan lewat telpon dan SMS, tapi gagal karena tak ada sinyal. Mereka bertahan hidup dengan bekal seadanya.
Sampai hari kedua mereka baru berhasil menghubungi bantuan. Mereka pun selamat. Ketika tim SAR datang menolong, mereka gembira. Ketika SAR ingin mengangkut bus yang ditumpangi Sang sopir dan awak busnya, Sang sopir melarang dan berkata,”Di masa depan, bus ini akan menjadi obyek wisata terkenal.”
Benar saja. Di saat Sang sopir telah menjadi ketua Kelompok Sopir Bus Dunia atau World Bus Driver Club, dia menjadikan bus yang terapung di Samudra Pasifik itu menjadi obyek wisata terkenal. Bahkan, bus itu pernah menjadi kandidat 7 keajaiban dunia. Bus terapung itu dinamai Pulau Bus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar