“Sekarang kita mau latihan di mana?” tanya Muchi.
“Kita akan ke sebuah tempat yang sangat indah dan bagus untuk latihan, ayo!” kata Yeahman.
Yeahman menjentikkan jarinya. Kurang dari seperseratus juta detik kemudian, mereka sudah ada di tempat lain. Tempat itu adalah perbukitan yang indah, sejuk, dan terlihat nyaman.
“Ayo, kita latihan!” kata Yeahman.
“Tapi mau latihan apa?” tanya Muchi.
“Joni, Roni, pergilah ke rumah kecil itu! Di sana ada orang yang akan memberi kalian sesuatu. Dan Muchi, kau ikut bersamaku! Aku punya sedikit jurus air untuk kau pelajari,” perintah Yeahman.
“Yes, sir!” jawab Joni dan Roni bersamaan dengan semangat.
“Muchi muchi!” jawab Muchi dengan semangat pula.
Mereka pun berpencar. Sesuai perintah, Joni dan Roni pergi ke sebuah rumah kecil yang tak jauh dari situ, sedangkan Muchi mengikuti Yeahman.
Di tengah perjalanan, Muchi bertanya pada Yeahman, ”Emangnya kamu bisa jurus air?”
“Tentu saja,” Yeahman yakin.
“Aneh, setahuku manusia hanya bisa memiliki satu kekuatan kecuali dia berkekuatan meniru,” pikir Muchi. “Bejo, sebenarnya apa kekuatanmu?” tanya Muchi.
“Aku menyebut kekuatanku ini kekuatan tak terlihat,” kata Yeahman. “Lagipula sekarang namaku sekarang bukan Bejo, tapi Yeahman.”
“Oh, iya ya,”
Sampailah mereka di sebuah tempat yang tak jauh dari sana ada sungai yang teramat sangat bersih dan jernih sekali.
“Perhatikanlah! Ini jurus yang sangat bermanfaat bagimu,” kata Yeahman. Muchi memperhatikan.
Yeahman mulai bergaya. Tapi gayanya itu bukan gaya yang biasa. Ia menggerakkan tangannya dan air sungai pun dikendalikannya. Lalu ia menaiki air kendaliannya itu dan berselancar di udara dengan air yang ia kendalikan itu.
“Kuyakin kau adalah kappa yang pintar. Jadi kau dapat mengendalikan air. Tirukan ini!” perintah Yeahman. “Ini sangat berguna bagimu yang berkaki kecil agar tak usah repot-repot berjalan. Kau pasti capek jika harus berjalan jauh.”
“Baik!” kata Muchi.
Muchi menirukan apa yang Yeahman tadi lakukan, yaitu membuat seluncur air dan menaikinya. Pertama kali Muchi terpeleset dan jatuh ke tanah.
“Muchi...!” Muchi kesakitan.
“Jurus ini memang lumayan sulit untuk dipelajari dan butuh kehati-hatian extra. Ayo latihan terus! Harus bisa!” Yeahman menyemangati.
“Muchi...!!!” Muchi pun semangat.
Setelah berhasil menguasai jurus selancar air, Muchi memberitahukan hal itu pada Yeahman yang juga sedang latihan untuk dirinya sendiri.
“Yeahman, aku telah berhasil!” kata Muchi senang.
“Bagus, sekarang ada beberapa jurus lain yang dapat kau pelajari,” kata Yeahman.
Mereka melanjutkan latihan mereka.
Di tempat lain, tapi masih di dunia yang sama, di tahun yang sama, di bulan yang sama, di hari yang sama, di jam yang sama, di menit yang sama, dan di detik yang sama, saudara kita, Joni dan Roni juga sedang berjalan menuju latihan mereka.
Sesuai perintah Yeahman, Roni dan Joni pergi ke sebuah rumah kecil yang terlihat tua di dekat situ. Mereka masuk ke rumah kecil yang tua dan tak enak dipandang itu (makin berlebihan aja).
“Toktoktok,” kata pintu yang diketuk oleh Joni.
“Wah, pintu ini bisa bicara,” Joni kaget plus kagum.
“Kreeek,” kata pintu yang dibuka oleh orang di dalam rumah.
Keluar makhluk berwujud kambing tua yang berdiri layaknya manusia. Ia memakai jubah.
“Silakan masuk. Kalian pasti legenda Tejo dan Paijo, kan? Aku Simbing. Aku yang akan membimbing kalian nanti,” kata makhluk yang menamai dirinya Simbing itu.
“Tapi lebih baik panggil saya Roni dan saudara saya ini Joni saja,” kritik Roni.
“Baiklah. Silakan masuk,” Simbing mempersilakan.
Joni dan Roni masuk ke rumah kecil yang tua dan tak enak dipandang itu.
“Apa-apaan ini...?!?!?!”
Lho, emang apa yang terjadi?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar